

Di Balik Penjaga Nyala Lilin Mimpi Anak Bangsa dalam Gelapnya Indonesia
(Analisis Profil PM 3.0 (Batch 21-27) 2021-2024)
“Mengular, Menjalar, dan Mengakar Ke Mana-Mana”
Begitulah kira-kira semangat gerakan rakyat muncul, untuk mengajak sesama rakyat menjaga semua cita-cita dan menuntaskan janji kemerdekaan Republik ini, salah satunya adalah janji mencerdaskan kehidupan bangsa. Gerakan Indonesia Mengajar lahir karena inspirasi janji kemerdekaan tersebut. Kami percaya bahwa janji kemerdekaan adalah janji kita semua. Janji yang menjadi nafas perjuangan kami untuk melunasinya. Sejak berdiri, Indonesia Mengajar menyaksikan bahwa banyak sekali pemuda di republik ini yang peduli pada bangsanya. Hal ini mengantarkan kami untuk mengajak dan merekrut mereka untuk ikut terlibat langsung dalam melunasi janji kemerdekaan Republik ini, kami menyebut mereka sebagai Pengajar Muda.
Hampir 15 tahun gerakan ini berdiri dan sudah mengantarkan 27 angkatan untuk ikut terlibat langsung dalam membantu mereka yang terus bekerja bagi pendidikan anak-anak bangsa di ujung-ujung republik ini. Dalam perjalanannya Indonesia Mengajar tentu wajib untuk mencatat setiap hal-hal yang didapatkan untuk bisa tumbuh dan berkembang dengan baik setiap harinya. Pada salah satu majalah Tempo pernah tertulis, “Sejarah sekrusial apa pun, bila tidak ditulis maka akan terlupakan”. Kami tidak ingin perjalanan panjang kami terlupakan, maka kami coba tuliskan sekarang. Kami ingin setiap cerita baik yang kami dapatkan bisa sampai ke banyak orang kemudian menjadi inspirasi untuk bisa bergerak bersama yang pada akhirnya akan menyebarkan lebih banyak cerita tentang keterlibatan #IkutBekerja mengusahakan pendidikan berkualitas di republik ini.
Dalam tulisan ini kami ingin menyampaikan kepada semua tentang demografi Pengajar Muda yang sudah dan masih menyelesaikan masa pengabdiannya di ujung-ujung Republik ini selama setahun yang diberangkatkan dari tahun 2021-2024. Dalam kurun waktu tiga tahun ke belakang, Indonesia Mengajar sudah mengirimkan tujuh angkatan berbeda dengan total Pengajar Muda yang mengabdikan diri sebanyak 271 orang yang terpencar ke dalam 10 Kabupaten berbeda dari Pulau Sumatera hingga Papua. Sebuah keniscayaan bahwa gerakan ini mengular, menjalar, dan mengakar dari timur ke barat Indonesia.
Distribusi Pengajar Muda
Jumlah Pengajar Muda di 10 Kabupaten menunjukkan adanya distribusi seimbang dari setiap wilayah Indonesia antara Indonesia bagian Barat, Indonesia bagian Tengah, dan Indonesia bagian Timur dengan rata-rata jumlah Pengajar Muda yang sudah dan sedang mengabdi di tiap Kabupaten sekitar 7-8 orang dengan total tiga tahun kebelakang berkisar 33-42 orang per angkatan. Komitmen Indonesia Mengajar untuk hadir sampai ke pelosok terdalam Republik ini tergambar selama tiga tahun terakhir dengan kehadiran kami di wilayah Timur Indonesia terutama Maluku dan Papua Barat.
Profil Pengajar Muda
Selain mengetahui distribusi, kami juga mengajak melihat lebih dalam profil Pengajar Muda yang telah dan sedang mengabdi di 10 kabupaten. Selama tiga tahun terakhir, kami merekrut pemuda-pemudi Indonesia untuk kembali bersekolah—sekolah kepemimpinan rakyat—untuk memupuk kompetensi global dan pemahaman akar rumput. Terkumpullah 271 orang dari seluruh penjuru Republik, yang kini sedang atau telah menempuh “sekolah” itu sebagai Pengajar Muda.
Sebagian besar Pengajar Muda masih berasal dari Pulau Jawa, dengan Jawa Barat sebagai provinsi asal terbanyak (52 orang). Dalam peta persebaran domisili, terlihat bahwa hampir seluruh pulau di Indonesia memiliki representasi Pengajar Muda—kecuali Kepulauan Maluku dan Papua. Hal ini membuat kami semakin bersemangat untuk mengajak pemuda-pemudi dari Timur Indonesia untuk ikut bekerja menjaga nyala lilin mimpi lewat pendidikan.
Kita harus percaya bahwa lokasi lahir boleh di mana saja, tetapi lokasi mimpi harus tetap di langit, karena ke mana pun kita pergi, langit akan selalu mengikuti dan mengingatkan akan mimpi itu—termasuk mimpi melunasi janji kemerdekaan.
Latar Pendidikan Pengajar Muda
Sebanyak 271 Pengajar Muda merupakan perwakilan pemuda-pemudi terdidik dari berbagai latar belakang ilmu. Data menunjukkan bahwa 92,5% adalah lulusan Sarjana (S1), bukan hanya dari rumpun keguruan tetapi juga dari berbagai disiplin ilmu di kampus-kampus terbaik negeri ini.
Universitas Gadjah Mada menjadi penyumbang terbanyak (20 orang), diikuti Universitas Padjadjaran dan Universitas Indonesia (masing-masing 13 orang). Sepuluh universitas dengan kontribusi terbesar menyumbang 38% dari total PM, mencakup UGM, UNPAD, UI, UNY, UPI, UNHAS, UNM, UM, UNBRAW, dan ITB.
Sebanyak 64% dari mereka lulus dengan predikat cumlaude atau memiliki IPK 3.51–4.00, menunjukkan komitmen akademik yang tinggi. Tak hanya itu, 4,4% (sekitar 12 orang) adalah lulusan Magister (S2), bahkan 4 orang (1,5%) merupakan lulusan universitas luar negeri—menambah kekayaan perspektif dan pengalaman.
Ini jadi catatan penting bahwa kekayaan yang Indonesia punya sebenarnya adalah Sumber Daya Manusia yang terdidik, bersyukur kami dapat menemukan mereka yang mau #IkutBekerja belajar lebih dalam untuk mengerti masyarakat yang berada di ujung-ujung republik ini.
Pengalaman Kerja Pengajar Muda
Selain latar pendidikan yang tinggi, sebagian Pengajar Muda juga telah memiliki pengalaman kerja. Berdasarkan data, 45% adalah fresh graduate atau baru bekerja kurang dari 6 bulan. Lalu, 24% bekerja 6–12 bulan, 18% selama 12–24 bulan, dan 13% telah bekerja lebih dari 2 tahun.
Data ini menunjukkan bahwa Indonesia Mengajar memberikan kesempatan yang sama kepada fresh graduate (lulusan baru), profesional awal hingga profesional menengah untuk ikut serta menjadi Pengajar Muda.
Perbandingan Gender
Jika ditelusuri lebih lanjut, perempuan masih konsisten mendominasi di tiap angkatan, dengan rasio hampir 2:1 dibanding laki-laki. Distribusinya juga stabil, antara 25–28 orang perempuan per angkatan, sedangkan laki-laki lebih fluktuatif, antara 7–14 orang.
Gap gender tertinggi ada di Angkatan 26 (rasio hampir 4:1), sementara yang paling seimbang adalah Angkatan 21 dan 23 (rasio kurang dari 2:1). Ini menunjukkan bahwa peran perempuan dalam dunia pendidikan masih sangat diminati, namun minat laki-laki juga mulai menunjukkan peningkatan. Pada akhirnya, mengajar bukanlah tugas satu gender, melainkan tanggung jawab bersama. Kami percaya bahwa setiap orang adalah guru dan setiap tempat adalah sekolah.
Rentang Umur Pengajar Muda
Pengajar Muda memiliki rentang usia yang beragam saat diberangkatkan ke titik penempatan. Kami membuka kesempatan hingga usia 30 tahun, dan dari data, kelompok usia 24–25 tahun mendominasi (37%). Ada juga tiga orang yang masih berusia kepala dua, dan sebanyak 12% (33 orang) berada di usia menjelang 30 tahun.
Kami percaya bahwa tak ada batasan usia untuk belajar selain kematian. Maka dari itu, kami membuka banyak ruang belajar, tidak hanya melalui Pengajar Muda, tetapi juga lewat berbagai gerakan turunan yang searah dalam melunasi janji kemerdekaan: mencerdaskan kehidupan bangsa.
Lewat tulisan ini kami ingin menyampaikan pesan bahwa gerakan ini memang sudah banyak digerakkan oleh orang-orang baik yang ingin #IkutBekerja menjaga nyala lilin-lilin kecil pendidikan di ujung-ujung republik ini, tetapi kami masih perlu banyak orang lainnya untuk bersama-sama menjaga nyala lilin-lilin kecil itu agar tidak padam sambil kita melunasi janji kemerdekaan republik ini. Kami percaya bahwa cara memberikan penghargaan tertinggi kepada mereka yang terus bekerja untuk pendidikan di republik ini adalah dengan #IkutBekerja mengurusi pendidikan di negeri yang kita cintai ini. Terakhir, lewat Pengajar Muda kita juga bisa belajar satu hal bahwa setahun mengabdikan diri, selamanya akan terus menginspirasi.
Salam hangat terdalam,
Tim Monitoring & Evaluasi – Pengajar Muda
Penulis: Elang Maulana Prastyo (IMagang Monev PM)
Editor & Visualisasi Data: Aliyya Ilma Shafani (Monev PM Officer)
Mari Dukung Gerakan Ini dengan Iuran Publik
Dukung Indonesia Mengajar dengan ikut serta dalam Iuran Publik, agar kami dapat terus memperjuangkan pendidikan berkualitas di seluruh penjuru Indonesia.
Klik untuk Berpartisipasi: indonesiamengajar.org/iuran